Arief Mana

Kamis, 16 Mei 2013

Belajar Naik Sepeda di Usia Dewasa





Pada dasarnya belajar naik sepeda itu tidak sulit. Akan tetapi lain cerita bagi yang  sudah remaja ataupun sudah dewasa “Mungkin” akan terasa sangat sulit. Bukan hanya terasa sangat sulit TAPI dapat BONUS CANDAAN dan EJEKAN oleh teman-teman maupun orang lain yang melihat saat Belajar Sepeda roda dua. Terkadang BONUS CANDAAN dan EJEKAN dari teman-teman yang menjadi TEKANAN.  Sehingga seseorang menjadi MALU dan PASRAH kalau tidak bisa naik sepeda seumur hidup.

KUNCI untuk bisa menaiki sepeda adalah KESEIMBANGAN, oleh karena itu seseorang sepertinya perlu bertanya dengan cermat pada eyang Google tentang TIPS supaya bisa naik sepeda dan menyeimbangkan badan dengan cepat. Bagi seseorang yang pendiam supaya tidak malu dilihat orang baiknya latihan di tempat yang sunyi. Kemudian dapat mengambil  tempat latihan di lapangan LUAS dan kalau TERJATUH pun tidak akan sakit (semoga aja hehe).

Berikut ini adalah cara ataupun langkah-langkah Belajar Bersepeda yang baik:
Langkah pertama, belajar KESEIMBANGAN. JANGAS GOES dulu sepedanya, tapi Jalanin sepedanya dengan kedua kaki (Seakan2 PEDALnya gak ada). Lalu dorong sepedanya kedepan dengan pelan2, angkat kedua kaki dan cobalah sambil menyeimbangkan sepedanya dengan kedua tangan. Apabila pedal terasa mengganggu maka dapat dilepas dua-duanya. Itu dapat dilakukan terus menerus di dalam rumah (saran buat yang punya rumah besar). Selain dalam rumah bisa juga cari lokasi jalur yang akan dilalui sepeda sedikit menurun, karena tidak perlu sering-sering mengayunkan kaki untuk meluncurkan sepeda. Kalau udah MANTAP KESEIMBANGAN bisa lanjut  menuju TKP (lapangan).
Langkah kedua, belajar mengayuh pedal sepeda. Cobalah meluncur dengan meletakan kedua kaki pada pedal sepeda sambil pelan-pelan mengayuh pedalnya. Biasanya pada pada saat kaki mulai mengayuh keseimbangan badan bisa terganggu. Posisi tangan pada stang usahakan santai, jangan tegang. Bila stang dipegang erat-erat artinya posisi tangan dalam keadaan tegang, dan akan susah mengendalikan stang.
Langkah ketiga, belajar tetap di jalurnya pada saat mengayuh sepeda. Setelah bisa keseimbangan dan mengayuh sepeda, langkah berikut adalah mengayuh sepeda tetap pada jalurnya atau lurus tidak belok kiri kanan. Mintalah bantuan teman untuk bersepeda bersama di samping kanan untuk membantu menjaga posisi sepeda tetap di jalurnya pada saat meluncur dan mengayuh. Apabila sudah lurus dan stabil tidak belok kanan dan kiri selama mengayuh sepeda, artinya sudah bisa mencoba di jalan raya. 

Akhirnya singkat cerita motor memanggil anda minta dinaikin tapi jangan motor orang ya entar dikira maling jemuran. Uups maling motor maksudnya :D

Pepatah mengatakan tidak ada kata terlambat untuk belajar, tidak perlu malu pada umur untuk belajar sesuatu. Jangan Jadi orang yang PASRAH , anda HARUS BELAJAR untuk bisa. “Kalau orang bisa kenapa anda tidak, bahkan anda bisa lebih baik”. BUKTIKAN ANDA BISA !!!
Semangat ya……

Rabu, 15 Mei 2013

Keluhan Pasien Kurang Mampu Terhadap Pelayanan Rumah Sakit Pemerintah

Belakangan ini cara fikir masyarakat pada berbagai tingkat ekonomi sudah mulai kritis terhadap beberapa hal yang di antaranya mengenai pelayanan kesehatan. Hal ini juga disertai dengan adanya peningkatan tingkat pendidikan ataupun pengetahuan masyarakat itu sendiri. Belum lagi di media sering terlihat dan terdengar cukup banyaknya malpraktik yang terjadi sekarang ini, sehingga masyarakat secara tidak langsung mengharapkan adanya kesadaran para pemberi pelayanan kesehatan agar selalu dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka tanpa membedakan tingkat ekonomi.

Berbagai rumah sakit milik pemerintah pada umumnya mungkin masih belum bersikap ramah terhadap warga dan pasien tidak mampu. Banyaknya keluhan pasien tidak mampu terhadap pelayanan rumah sakit pemerintah terutama berasal dari kelompok perempuan, meski dari kelompok pria juga tidak bisa dibilang sedikit. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan buruknya pelayanan perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap, dan lamanya pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya seperti apoteker ataupun petugas laboratorium. Selain itu pasien tidak mampu juga mengeluhkan buruknya kualitas toilet, tempat tidur, makanan pasien dan rumitnya pengurusan administrasi serta mahalnya harga obat. Keluhan tersebut dialami oleh pasien yang melakukan rawat inap maupun rawat jalan. Pasien tersebut ada yang memegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Keluarga Miskin (Gakin), dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Perkembangan rumah sakit swasta sekarang sungguh signifikan, yang mana secara tidak langsung dilatar belakangi oleh keinginan masyarakat dengan tingkat ekonomi tertentu yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan nyaman dari segala aspek. Akan tetapi lain cerita dengan orang sakit yang tidak mampu, mereka tidak ada pilihan lain selain ke rumah sakit pemerintah untuk melakukan rawat inap ataupun sekedar rawat jalan. Mereka mungkin sudah pasrah terhadap fasilitas ruangan rumah sakit pemerintah yang seadanya tetapi kadang mereka mengeluh terhadap pelayanan ataupun tingkat keramahan perawat yang mana dirasa lebih memprioritaskan pasien dengan tingkat ekonomi yang lebih.

Tidak semua memang rumah sakit swasta pelayanannya dapat dikatakan baik. Akan tetapi rata-rata demikian, dan biasanya lebih baik dari rumah sakit milik pemerintah. Semua itu tak lepas dari orientasinya rumah sakit swasta dikelola oleh lembaga yang memang tujuannya untuk memperoleh keuntungan sehingga rumah sakit swasta dikelola seperti layaknya bisnis di mana harus memperhatikan modal usaha, biaya-biaya, dan keuntungan yang diharapkan. Untuk menjaga agar keuntungan diperoleh secara berkesinambungan maka rumah sakit swasta selalu berusaha menjaga mutunya. Mutu baik maka pasien akan semakin banyak dan keuntungan juga semakin meningkat. Jadi, sangat wajar mengapa di rumah sakit swasta biaya berobatnya pun mahal dibandingkan rumah sakit milik pemerintah.

Rumah sakit pemerintah didanai oleh APBD yang terbatas dan orientasinya lebih ke arah sosial. Ini terkait dengan tugas pemerintah untuk menyediakan sarana kesehatan yang layak dan cukup buat masyarakatnya. Jika ditanyakan mengapa layanannya kurang baik, ini mungkin bisa dijawab dari segi tenaga kerjanya. Pelayanan biasanya dapat dikaitkan dengan layanan dari manusianya dalam hal ini tenaga kerjanya. Dengan dana terbatas dan penghargaan berupa penghasilan yang terbatas pula untuk tenaga kerjanya secara tak langsung membuat layanannya pun dirasa kurang memuaskan.

Dengan rangkaian perbandingan rumah sakit swasta dan milik pemerintah pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan rumah sakit swasta memang dirasa lebih baik. Rumah sakit swasta tanpa malu-malu berani mempublikasikan bahwa ia memang orientasi bisnis, keuntungan, layanan jasa orientasi kualitas, dan ‘bergaransi’ serta menomor satukan patient satsfaction. Pada dasarnya perbedaan rumah sakit pemerintah adalah “public goods” dan rumah sakit swasta adalah “private goods”. Yang mana sangat jelas terjadi perbedaan karakter dari kedua layanan kesehatan tersebut. Rumah sakit pemerintah orientasi sosial dan rumah sakit swasta orientasi keuntunagan bagi sang pemilik.

Berdasarkan keluhan masyarakat tidak mampu mengenai pelayanan rumah sakit milik pemerintah yang dirasa kurang maksimal, diharapkan agar rumah sakit pemerintah dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Di sini rumah sakit pemerintah dapat meningkatkan kunjungan dokter, keramahan perawat, kecepatan pelayanan kesehatan, serta peningkatan kualitas sarana dan prasarana rumah sakit. Selain itu, rumah sakit juga harus menyampaikan informasi tentang hak-hak pasien terkait standar pelayanan rumah sakit, dan membuka mekanisme keluhan atau pengaduan serta menindak lanjuti keluhan tersebut secara transparan dan bertanggung jawab sesuai pasal 36 dan 37 UU Pelayanan Publik No 25/2009. Mungkin lebih ringkasnya “tetaplah sebagai rumah sakit pemerintah, kelolalah seperti rumah sakit swasta”. Adapun dari pihak pemerintah mungkin dapat membentuk badan pengawas rumah sakit dan mengambil tindakan administrative terhadap rumah sakit yang memberikan pelayanan buruk terhadap pasien miskin. Jika memang rumah sakit swasta lebih baik, mengapa manajemen ini tak diadopsi rumah sakit pemerintah.

Sedikit dari “Catatan Kecil” saya dan semoga ada manfaatnya. Terima kasih